Ini lanjutan proposal sebelumnya.
1.
Model Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktural Team Pair Solo
Model
pembelajaran kooperatif pendekatan struktural Team Pair Solo adalah salah satu dari 200 struktur kelas yang
dikembangkan oleh Kagan. Pertama-tama, peserta didik mengerjakan permasalahan dalam
sebuah kelompok, kemudian
bersama dengan seorang teman, dan akhirnya secara mandiri. Model pembelajaran
ini didisain untuk memotivasi peserta didik untuk
mengerjakan dan berhasil menyelesaikan permasalahan yang pada awalnya diluar kemampuan mereka (Agarwal dan Nandita, 2011). Menurut Spring (dalam Ogunleye, www.ajol.info, 2011) strategi Team Pair Solo membangun kepercayaan diri ketika mencoba materi yang lebih sulit. Strategi Team Pair Solo baru-baru ini telah didukung bahwa ketika mengajarkan peserta didik suatu kemampuan, mereka perlu mencobanya dahulu sebagai team, lalu mencobanya lagi sebagai pasangan dan akhirnya mereka mencobanya sendiri.
mengerjakan dan berhasil menyelesaikan permasalahan yang pada awalnya diluar kemampuan mereka (Agarwal dan Nandita, 2011). Menurut Spring (dalam Ogunleye, www.ajol.info, 2011) strategi Team Pair Solo membangun kepercayaan diri ketika mencoba materi yang lebih sulit. Strategi Team Pair Solo baru-baru ini telah didukung bahwa ketika mengajarkan peserta didik suatu kemampuan, mereka perlu mencobanya dahulu sebagai team, lalu mencobanya lagi sebagai pasangan dan akhirnya mereka mencobanya sendiri.
Manville (2013) menerapkan strategi Team Pair Solo dimana peserta didik bekerja sama sebagai team
berempat sampai semua peserta didik memahami konsep. Peserta didik lalu bekerja
sebagai pasangan untuk menyelesaikan permasalahan yang mirip, dimana setiap
pasangan memeriksa pekerjaan pasangan yang lainnya. Lalu, peserta didik
menyelesaikan permasalahan yang mirip dengan kemampuannya sendiri.
Kagan (www.kaganonline.com, 2000) mengatakan struktur Team Pair Solo yaitu
peserta didik bekerja sama
terlebih dahulu sebagai team, dan kemudian sebagai pasangan sebelum mereka
menyelesaikan persoalan yang mirip dengan kemampuan sendiri. Dalam
pelaksanaanya mereka saling membantu, saling melatih dan berbagi informasi.
Peserta didik menjadi sukses secara mandiri memecahkan masalah yang pada
awalnya hanya dapat mereka pecahkan sebagai team. Kagan (www.kaganonline.com, 2000) mengemukakan kelebihan
yang dapat dikembangkan dari Pendekatan Struktural Team Pair Solo adalah
sebagai berikut.
a.
Kerja sama.
b.
Saling membantu yang
bermanfaat.
c.
Kepemimpinan.
d.
Motivasi untuk diri
sendiri.
e.
Rasa bangga atas
pekerjaan
Keneddy, dkk (2007) menerapkan struktur Team Pair Solo yang dikembangkan oleh
Kagan dalam pembelajaran matematika yaitu empat anggota kelompok menyelesaikan
masalah pertama, pasangan menyelesaikan masalah kedua dan individu
menyelesaikan masalah terakhir. Penerapannya adalah sebagai berikut:
·
Berikan
sebuah masalah dan beritahukan kepada semua kelompok untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Pada tahap ini peneliti akan membagikan LKPD yang di dalamnya termuat
permasalahan yang harus diselesaikan. Peserta didik mengerjakan LKPD section
team.
·
Berikan
masalah kedua, yang mirip. Anggota kelompok bekerja dalam pasangan untuk menyelesaikan
masalah, setelah selesai mereka dapat membandingkan hasil pekerjaan mereka dan menghilangkan
perbedaan pendapat. Pada tahap ini peserta didik akan melanjutkan mengerjakan
LKPD section pair.
·
Berikan
masalah ketiga, setiap anggota kelompok menyelesaikan masalah. Lagi, mereka
membandingkan hasil pekerjaan mereka. Panggil salah satu anggota kelompok untuk
menjelaskan solusi setiap masalah. Pada tahap ini, peserta didik akan
menyelesaikan LKPD section solo lalu peserta didik akan mempresentasikan hasil
kerjanya.
Dalam penelitian ini, peneliti memasangkan peserta didik
berdasarkan kemampuan yang heterogen. Peneliti akan memasangkan peserta didik
yang memiliki kemampuan tinggi dengan peserta didik yang memiliki kemampuan rendah.
Peserta didik dengan kemampuan sedang akan dipasangkan dengan peserta didik
kemampuan sedang. Peneliti berpendapat
bahwa peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi dapat membimbing dan
menutupi kekurangan peserta didik yang memiliki kemampuan rendah.
2.
Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktural Team Pair Solo dalam Pembelajaran Matematika
Berikut
ini penerapan model pembelajaran kooperatif pendekatan struktural Team Pair Solo dalam pembelajaran matematika di dalam kelas.
a.
Pendahuluan
§ Guru mempersiapkan peserta didik untuk
belajar.
§ Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memotivasi peserta didik dalam belajar. (Fase I)
§ Guru menyampaikan apersepsi, yaitu peserta
didik mengingat kembali materi yang berhubungan dengan materi yang akan
dipelajari.
§ Guru menyampaikan informasi tentang
langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. (Fase
II)
§ Guru mengorganisasikan peserta didik ke dalam
kelompok-kelompok belajar yang berjumlah 4 orang. (Fase III)
§ Guru membagikan bahan ajar berupa Lembar
Kerja Peserta didik (LKPD).
b.
Kegiatan Inti
§ Setiap peserta didik mengerjakan LKPD
secara bersama-sama dalam waktu yang telah ditetapkan guru, pada tahap ini peserta didik
mengerjakan LKPD bagian team. (team)
§ Peserta didik berdiskusi dan saling
memberikan pendapat serta memahami konsep dan juga membuat kesimpulan tentang
materi. (team)
§ Guru membimbing dan mengarahkan peserta
didik dalam berdiskusi membahas LKPD bagian team,
guru sebagai fasilitator memberikan bantuan jika dibutuhkan peserta didik dalam
mengerjakan LKPD.
(team) (Fase IV)
§ Peserta didik bersama pasangan yang telah ditentukan mendiskusikan tugas yang ada pada LKPD bagian pair. Tugas yang diberikan harus dikerjakan dalam waktu yang telah ditetapkan guru. (pair)
§ Guru membimbing dan mengarahkan peserta
didik dalam berdiskusi membahas LKPD bagian pair,
guru sebagai fasilitator memberikan bantuan jika dibutuhkan peserta didik dalam
mengerjakan LKPD.
(pair) (Fase IV)
§ Setelah selesai peserta didik dapat
membandingkan penyelesaian tugas tersebut dan menghilangkan segala perbedaan
pendapat antar pasangan di dalam kelompok.
(pair)
§ Guru meminta peserta didik untuk bekerja
secara sendiri.
Peserta didik mengerjakan tugas pada LKPD bagian solo. (solo)
§ Peserta didik secara individu mengerjakan tugas yang diberikan
dalam waktu yang telah ditentukan. (solo)
§ Guru membimbing dan mengarahkan peserta
didik dalam berdiskusi membahas LKPD bagian solo,
guru sebagai fasilitator memberikan bantuan jika dibutuhkan peserta didik dalam
mengerjakan LKPD.
(solo) (Fase IV)
§ Setelah selesai, peserta didik kembali
membandingkan hasil pekerjaan dengan ketiga anggota kelompoknya. (solo)
§ Guru memanggil perwakilan
kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. (Fase V)
§ Guru menegaskan kesesuaian jawaban peserta
didik, pada saat ini diharapkan peserta didik memperbaiki
dan menambahkan kekurangan pada LKPD yang telah dikerjakan.
§ Guru memberikan penghargaan kelompok sesuai
dengan kinerja kelompok. (Fase VI)
c.
Penutup
§ Guru bersama peserta didik menyimpulkan
materi pembelajaran.
§ Guru memberikan soal evaluasi.
§ Guru memberikan PR kepada peserta didik.
§ Guru menyampaikan rencana pembelajaran
untuk pertemuan selanjutnya.
3.
Hubungan
Hasil Belajar dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Pendekatan
Struktural Team Pair Solo
Penerapan
model pembelajaran kooperatif pendekatan struktural Team Pair Solo sangat mendukung tercapainya hasil belajar yang baik
dalam proses pembelajaran. Karena dengan diterapkannya model pembelajaran
kooperatif pendekatan struktural Team
Pair Solo dalam proses pembelajaran maka peserta didik secara bertahap akan
mengerjakan permasalahan
matematika. Peserta didik menyelesaikan permasalahan secara team, kemudian
berpasangan dan pada akhirnya akan menyelesaikan permasalahan secara mandiri. Dengan
demikian, peserta didik dapat menyelesaikan permasalahan yang awalnya hanya
dapat mereka selesaikan sebagai team sehingga pada akhirnya mereka berpartisipasi
secara aktif di dalam kelas. Hal ini akan berdampak baik pada hasil belajar peserta
didik.
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa pendidikan guru sekolah dasar
terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik yaitu dari penelitian Riza
fatimah Zahrah, Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Team Pair Solo Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa di kelas VB SDN 2 Cibodas (2013), Universitas Pendidikan
Indonesia. Rahmawati, Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Pair Solo Untuk Meningkatkan Hasil
Pembelajaran Siswa Pada Mata Pelajaran IPA kelas V SD Jatihandap (2011),
Universitas Pendidikan Indonesia.
D.
HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah apabila diterapkan model pembelajaran kooperatif
pendekatan struktural Team Pair Solo
dapat meningkatkan hasil belajar
matematika peserta didik Kelas X SMP Negeri Y
Pekanbaru.
E.
METODE PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini akan dilakukan di SMP Negeri Y Pekanbaru
pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014.
2. Bentuk Penelitian
Bentuk
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Lewin (dalam Arifin, 2011) PTK merupakan
cara guru untuk mengorganisasikan pembelajaran berdasarkan pengalamannya
sendiri atau pengalamannya berkolaborasi dengan guru lain. Dalam penelitian
tindakan kelas ini, peneliti berkolaborasi dengan guru. Pelaksanaan penelitian
tindakan kelas dilakukan oleh peneliti sendiri, sedangkan guru bertindak
sebagai pengamat selama proses pembelajaran berlangsung. Tindakan yang akan
dilakukan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif pendekatan
struktural Team Pair Solo pada kompetensi dasar menghitung keliling dan luas lingkaran
serta menggunakan hubungan sudut pusat, panjang busur, luas juring dalam
pemecahan masalah.
Arikunto, dkk (2008) menyatakan
bahwa secara garis besar penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui empat
tahap yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
pengamatan, dan (4) refleksi. Hal ini
seperti yang digambarkan dalam gambar 1.
Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Perencanaan
Pelaksanaan
|
SIKLUS
I
|
Pengamatan
Refleksi
|
Perencanaan
Pelaksanaan
|
SIKLUS
II
|
Pengamatan
|
Refleksi
|
a.
Perencanaan
Menurut Arikunto, dkk (2008) dalam tahap ini peneliti
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana
tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal dilakukan secara
berpasangan anta pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang maengamati proses
jalannya tindakan. Dalam tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik
atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusu untuk diamati,
kemudian membuat instrumen pengamatan.
Dalam penelitian ini peneliti
merencanakan penelitian dengan cara menyusun Silabus, menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat Lembar kerja Peserta didik (LKPD),
menyiapkan lembaran soal untuk
tes evaluasi dan
mempersiapkan soal tes hasil
belajar serta lembar pengamatan
aktivitas guru dan peserta
didik.
b. Pelaksanaan
Menurut Arikunto, dkk (2008) pelaksanaan merupakan
implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Pelaksanaan
penelitian dilakukan dengan menerapkan apa-apa saja yang telah direncanakan. Proses
pembelajaran dilaksanakan sesuai fase-fase model pembelajaran kooperatif
pendekatan struktural Team Pair Solo.
RPP diterapkan di dalam kelas dan LKPD diberikan kepada peserta didik. Peneliti
membimbing peserta didik dalam kelompok. Lalu membagi setiap kelompok menjadi
berpasangan dan terakhir peserta didik bekerja secara individu.
c. Pengamatan
Menurut Arikunto, dkk (2008) tahap yang ketiga, yaitu
kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya kurang tepat kalu pengamatan
dipisahkan dengan pelaksanaan karena pengamatan dilakukan pada waktu tindakan
dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.
Pengamat dalam penelitian ini adalah guru matematika yang
mengajar di kelas X SMP Negeri Y Pekanbaru. Pengamat
mengamati proses pembelajaran di kelas. Pengamat mengamati kegiatan mulai dari
awal hingga akhir. Pengamat mengamati
peneliti yang bertindak sebagai guru. Pengamat juga mengamati perilaku peserta
didik dalam proses pembelajaran. Data pengamatan dapat dituliskan
dalam lembar hasil pengamatan guru dan
lembar hasil pengamatan peserta didik.
d. Refleksi
Arikunto, dkk (2008) mengemukakan bahwa refleksi
merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan
refleksi sangat tepat dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan
tindakan. Peneliti menjadikan hasil pengamatan dan
hasil tes belajar peserta didik sebagai refleksi. Mengkaji tindakan yang telah
dilakukan berdasarkan data tersebut kemudian melakukan evaluasi untuk menyempurnakan
tindakan pada siklus kedua.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini
adalah peserta didik kelas X SMP Negeri Y Pekanbaru sebanyak 28 peserta didik, 16 peserta didik perempuan dan 12 peserta didik
laki-laki dengan kemampuan yang heterogen.
4. Instrumen Penelitian
a.
Perangkat Pembelajaran
Ø Silabus
Silabus
adalah penyusunan rencana pembelajaran, pengolahan kegiatan pembelajaran, dan
pengembangan penilaian hasil belajarnya (Permendiknas No 41 Tahun 2007 dalam BSNP, 2007).
Silabus memuat identitas sekolah, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penialaian yang terdiri dari teknik,
bentuk dan contoh instrumen, serta alokasi waktu dan sumber belajar. Peneliti
menyusun sebuah silabus matematika kelas X untuk SMP pada semester genap.
Ø Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur
pembelajaran untuk mencapai suatu kompetensi dasar (Permendiknas No 41 dalam BSNP, 2007).
Adapun komponen dari RPP adalah
identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, materi ajar, metode
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar serta penilaian
hasil belajar. RPP yang peneliti susun digunakan untuk satu standar kompetensi
terdiri dari tujuh
RPP, setiap RPP digunakan untuk satu pertemuan.
Ø Lembar Kerja Peserta didik (LKPD)
Lembar
kerja peserta didik adalah salah satu sarana yang dapat digunakan guru dalam
kegiatan pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum untuk mengoptimalkan
tercapainya tujuan pembelajaran. LKPD berfungsi untuk mengarahkan peserta didik
menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri atau dalam kelompok.
Peneliti menyusun minimal 30
Lembar kerja peserta didik yang akan digunakan oleh peserta didik di dalam
kelas.
b. Instrumen Pengumpulan data
Data
yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data aktivitas guru dan peserta
didik selama proses pembelajaran serta data hasil belajar peserta didik. Alat
pengumpul data pada penelitian ini berupa:
Ø Lembar Pengamatan
Lembar
pengamatan digunakan untuk mendapatkan data tentang aktivitas guru dan peserta
didik selama proses pembejaran. Lembar pengamatan berbentuk format isian yang
bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan model dan teknik pembelajaran, yang
nantinya akan menjadi refleksi pada siklus berikutnya.
Ø Tes Hasil Belajar
Tes
hasil belajar digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar
matematika. Data tentang hasil belajar matematika digunakan untuk menentukan
ketuntasan belajar matematika dan keberhasilan tindakan. Tes diberikan pada
akhir siklus I dan akhir siklus II. Soal tes ini dibuat berdasarkan indikator
yang ingin dicapai dan penilaian diberikan berdasarkan pedoman pemberian skor
yang telah dirancang sebelumnya.
Data
yang peneliti kumpulkan adalah data aktivitas peserta didik selama proses
pembelajaran serta hasil belajar peserta didik.
5. Teknik Pengumpulan data
a.
Teknik Observasi
Teknik
observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas guru dan peserta
didik. Observasi dilakukan setiap kali pertemuan selama pelaksanaan
pembelajaran dengan cara mengisi lembar pengamatan, sehingga dapat diketahui
hal-hal yang masih perlu diperbaiki pada pertemuan selanjutnya.
b. Teknik Tes Hasil Belajar Matematika
Data hasil belajar
matematika peserta didik dikumpulkan dengan melakukan ulangan harian pada kompetensi dasar menghitung keliling dan luas lingkaran
serta menggunakan hubungan sudut pusat, panjang busur, luas juring dalam
pemecahan masalah. Tes dilakukan dua kali, yaitu
pada akhir siklus I dan pada akhir siklus II.
6. Teknik Analisis data
Data
yang dikumpulkan pada penelitian adalah data hasil tes belajar. Data yang
dikumpulkan pada penelitian ini akan dianalisis.
a. Analisis data aktivitas guru dan peserta didik.
Analisis
data tentang aktivitas guru dan peserta didik berdasarkan lembar pengamatan
selama proses pembelajaran. Melalui lembar pengamatan ini, peneliti akan
melihat kelemahan dan kekurangan dari tindakan yang telah dilakukannya.
Kelemahan dan kekurangan yang ditemukan harus diperbaiki untuk pertemuan
selanjutnya. Tindakan dikatakan berhasil jika semua proses pembelajaran yang
dilaksanakan telah sesuai dengan model pembelajaran kooperatif pendekatan
struktural Team Pair Solo.
b. Analisis data hasil tes belajar
Ø Analisis Perkembangan Individu Peserta Didik dan
Penghargaan Kelompok
Analisis data perkembangan peserta didik terbagi
dua, yaitu analisis data skor perkembangan individu peserta didik dan analisis
data skor kelompok. Analisis data perkembangan individu peserta didik
ditentukan dengan melihat nilai perkembangan peserta didik yang diperoleh dari
selisih skor dasar dengan skor hasil tes belajar matematika setelah penerapan
model pembelajaran kooperatif pendekatan struktural Team Pair Solo. Selisih skor yang diperoleh disesuaikan dengan
nilai perkembangan individu yang berpedoman pada tabel 3 halaman 14.
Analisis data skor kelompok ditentukan dengan cara
menjumlahkan nilai perkembangan individu peserta didik di dalam kelompok dan
hasilnya dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Data rata-rata perkembangan
semua anggota kelompok inilah yang dinamakan dengan data skor kelompok.
Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata kelompok
yang berpedoman pada tabel 6 halaman 15.
Ø Analisis ketercapaian KKM
Analisis
data tentang ketercapaian KKM dilakukan dengan membandingkan persentase jumlah peserta
didik yang mencapai KKM pada skor dasar dan persentase jumlah peserta didik
yang mencapai KKM pada tes hasil belajar matematika yang menerapkan model
pembelajaran kooperatif pendekatan struktural Team Pair Solo, yaitu ulangan harian I dan ulangan harian II. Peserta didik dikatakan telah mencapai kriteria
ketuntasan apabila peserta didik mencapai nilai
77.
Persentase
jumlah peserta didik yang mencapai KKM dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Persentase
Peserta didik yang Mencapai KKM =
100
%
|
Jumlah peserta didik yang
mencapai KKM
Jumlah
peserta didik keseluruhan
Tindakan
dikatakan berhasil apabila persentase jumlah peserta didik yang mencapai KKM
meningkat dari sebelum dilakukan tindakan dengan setelah dilakukan tindakan.
c. Analisis Keberhasilan Tindakan
Tindakan
dikatakan berhasil jika peserta didik
bernilai rendah menurun dari sebelum dilakukan tindakan dengan setelah
dilakukan tindakan atau jika peserta didik
yang bernilai tinggi meningkat dari sebelum dilakukan tindakan dengan setelah
dilakukan tindakan. Seluruh data hasil
belajar peserta didik akan disajikan
dalam bentuk tabel.
Daftar pustaka akan saya share minggu depan. -_-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar